Friday, February 10, 2012

Mutiara di Atas Angkot


Dengan nama Allah..

Tadi malam, pertama kalinya saya jaga UGD puskesmas dengan status sebagai dokter magang. Jaga UGD mulai jam 9 malam s.d. jam 8 pagi esok harinya. Pagi jam 8 tadi pas pulang dr puskesmas, alhamdulillaah ga pake nunggu, langsung dapet angkot. Di depan saya di dalem angkot duduk seorang mbah, pake jilbab, yang dari awal saya naik angkot, udah senyum-senyum sama saya. Sebenarnya saya agak bingung, kenapa ya kok mbahnya senyum-senyum. Saya senyumin lagi aja. Emang mbahnya suka senyum, kayaknya. :) Smoga senyumnya bisa terus jadi shodaqoh ya mbah.. :)

Seperti yang biasa saya lakukan sejak SMP tiap naik angkot, saya selalu nyediain uang bayar angkot di awal waktu. Maksudnya biar nanti pas udah deket2 tempat tujuan, ga repot ngubek-ngubek tas cari duit lagi. Pas tadi saya mau nyiapin uangnya, saya ragu, mm..bayarnya 2500 apa 3000 yaa..? Pas lagi bingung-bingung gitu, saya melirik si mbah. Dalam hati, mm. tanya mbah-nya aja apa ya, bayarnya berapa. mmm. tapi, klo mbah nya ga bisa bahasa indonesia gmna..? Tiba-tiba, angkot berhenti. Dan naiklah seorang ibu bersetelan blazer bercelana panjang dengan gaya khas wanita karier. Pikiran saya tentang uang bayar angkot jadi terbagi sementara, karena agak takjub dengan si ibu ini. Di jakarta, tangerang, dan sekitarnya melihat perempuan bersetelan lengkap naik turun bis/ angkot sudah jadi pemandangan yang sangat biasa. Tetapi, melihat pemandangan serupa di kota ini agak 'beda' rasanya. Sang ibu ini pun mengambil tempat persis di samping kanan saya.

Setelah kira-kira 20 detik-an memfamiliarkan diri dengan pemandangan di samping saya, saya akhirnya bertanya sama si ibu yang dari penampilan beliau saya yakin pasti beliau pandai berbahasa Indonesia. hehe.
Saya: Bu maaf, mau tanya, biasanya berapa ya bayar angkotnya?
Ibu: mba-nya naik darimana?
Saya: dari perempatan cebongan.
Ibu: mm.. sebenernya 2500 mba. tapi saya biasanya kasih 3000
Saya: ooo... (manggut-manggut), makasi bu.. (senyum)

.........hening, hanya terdengar laju kendaraan bermotor.......beberapa saat kemudian...

Ibu: mba-nya jarang naik angkot disini..?
Saya: ini pertama kalinya bu. (Senyum)
Ibu: (senyum juga)

.........hening lagi..............lalu....

Ibu: mba-nya tugas dimana?
Saya: (Dalem hati, kok tau ya aku habis tugas.kliatan banget po kumelnya?? oh no!) Di puskesmas mlati bu..
Ibu: Ooohh.. dokter? apa koass?
Saya: Dokter magang.. baru 1 februari kmarin..
Ibu: (wajahnya berubah excited) Waah, dokter magang itu berarti yang udah selesai ya?
Saya: Iya, bu....

........blablablablablablablablabla.. berlanjutlah obrolan kami di sepanjang perjalanan, tentang program dokter magang, tentang program PTT, tentang program pendidikan dokter, biaya masuk FK UGM, uang semesteran, tes-tes masuknya, dan beliau pun bercerita bahwa putri beliau ternyata sekolah di SMA 3 Jogja (woh. ga kelihatan loh ibunya udah punya anak berumur SMA. hehee. awet muda si ibu). Rupanya anak beliau mau masuk FK UGM. Makanya beliau detail banget tanya-tanya tentang FK UGM. Beliau ternyata seorang pengacara, sekaligus konsulen hukum bisnis...

Sampai akhirnya beliau cerita, tentang sisi-sisi gelap kehidupan Jogja. Sebenarnya ga cuma di Jogja kondisi ini ada. Tapi karena beliau kerjanya di Jogja, jadi yang beliau bener2 paham ya di Jogja. Sisi gelap yang saya maksud khususnya dalam hal pergaulan yang kelewat batas (baca: dugem, minum-minuman keras, narkoba, sampai pergaulan bebas). Beliau cerita, bahwa banyak kasus yang beliau tangani seputar itu. Betapa jalan untuk berbuat keburukan di kota ini sesungguhnya sangat besar, sangat banyak, terbuka lebar. Tidak hanya kaum muda -yang notabene katanya rasa ingin tahunya masih besar, masih mencari jati diri-, ternyata kaum yang tidak lagi muda (istilah ibunya: om-om tante-tante) juga tergiur oleh gemerlap 'kesenangan'nya, yang sesungguhnya tidak lebih dari sekedar 'tipuan' dunia.

Hingga nasihat senilai mutiara ini keluar melalui lisan beliau, walaupun saya yakin nasihat ini pasti beliau sampaikan dari hati, karena persis langsung sampai ke hati saya... ini ga bener-bener sama persis redaksinya, tapi kurang lebih seperti ini..
Mba, bersyukur sekali kalau ada orang yang bisa selamat dari hal-hal yang seperti itu. Bener deh, harta kekayaan kesenangan dunia tidak berguna ketika seseorang sudah memasuki gelapnya dunia semacam itu. Semuanya berawal dari pergaulan. Ketika kita salah memilih teman dalam bergaul, bisa hancur semua-muanya. Keluarga, harta, cita-cita, nama baik, semuanya. Saya bukannya orang suci mba, tapi hidup ini cuma sekali kan mba, harusnya kita gunakan untuk jadi orang baik yang melakukan hal-hal baik. Kasihan keluarga, orang tua, kalau sampai harus ikut menanggung semua itu. Pesan saya ya mba, selektif banget deh dalam bergaul. Pilih-pilih teman. Bukan maksudnya untuk sombong, atau eksklusif. Tapi itu memang kebutuhan kita mba. Teman yang baik akan bisa menjadi 'rem' bagi kita, kalo sewaktu-waktu 'rem' kita sendiri lagi ga pakem, ada teman yang akan menge-rem kita. Begitupun sebaliknya kita ke teman-teman kita. Kita jadi sama-sama punya standar yang baik. Saling mengingatkan. Biar sama-sama selamat. Kalau sekarang mba punya teman-teman seperti itu, bersyukur deh mba.. Bersyukur banget. Kalau belum, segera cari deh. Bisa dari teman seprofesi, teman sama-sama mengaji, (yang ini bener loh, letterlijk ibunya bilang begitu) atau apapun. Pokoknya bisa saling mengingatkan.



....................................................

MasyAllah.. betapa cara Allah mengingatkan begitu lembut, begitu penuh kasih sayang,, melalui lisan seorang ibu yang saya bahkan belum mengenalnya, di atas angkot jalur cebongan-apotek UGM. Mungkin saja.. bisa jadi.. Allah menilai selama ini saya masih kurang bersyukur atas anugerah Allah yang satu ini. Teman-teman yang baik. Teman-teman tempat kami dapat saling mengingatkan. Teman yang dapat menjadi 'rem' bagi saya. Teman-teman yang dengan mereka saya bisa tetap berada di jalan yang baik dan benar, hingga bisa terus memperbaiki diri, untuk Allah..

Terbayang olehku satu per satu wajah kalian..
Terima kasih, terima kasih, telah menjadi sebaik-baiknya teman, sahabat, bahkan saudara yang tiada lelah mengingatkanku.. Kalian salah satu kekuatanku. Karena ketika suatu saat lelah dan lemah melanda, lalu kucoba membayangkan wajah-wajah itu.. wajah-wajah yang kelak aku ingin melihatnya dengan senyum yang mengembang.. dengan keceriaan yang sempurna.. dengan kebahagiaan yang tiada kesedihan setelahnya... di surga Allah.. sungguh aku ingin membersamai kalian.. Berdampingan dengan kalian.. Duduk bersama di atas permadani hijau yang tebal dan lembut, memetik hidangan buah-buahan yang sama, meminum susu dan madu yang sama, bersama kalian.. semua.. semua.. dengan seluruh orang tua kita, keluarga-keluarga kita.. hingga bersama aku berharap kita dapat bertemu beliau, yang selalu kita idam-idamkan.. beliau yang begitu kita rindukan.. Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wasallam.. hingga.. hingga kemudian Allah perkenankan kita semua melihat wajah Allah, Tuhan kita, Raja kita.. Ya Allah.. utuhkanlah kebersamaan kami di dunia mulia, dan utuhkan pula kebersamaan kami kelak mulia di akhirat.. aamiin.

Segala puji bagi Allah.. :')


JogjaIstimewa, kamar kos
10 Februari 2012, 20.33 WIB

8 comments:

Mega Sungkono said...

huoooooooo,,,baguusss...memang sisi baik dari naik kendaraan umum adalah melihat sesuatu yang gak biasa kita liat dan mendapatkan banyak hikmah. sisi gak enaknya lamaa dan menghitamkan kulit kalo di jogja..hehe..nice story nauuul.. ;)

Anonymous said...

Nb: supir angkot (baca: angkutan mino cebongan) itu sungguh ramah2 bgt.. :') #dibandingkansupirangkotditangerang. :p

Fickar said...

Umar bin Khattab:
"Tiada anugerah yang paling baik atas seorang hamba setelah Islam kecuali saudara (teman) yang shalih. jika salah seorang diantara kalian merasakan cinta dari saudaranya, hendaklah ia mempertahankannya."

thanks for being great friend :)

nadiagani said...

Sekar.. :')
Mau copas yaaaa.... Heuheuuu

#aku lgsg kbayang2 sirah umar lagi.. :')

Anonymous said...
This comment has been removed by a blog administrator.
Anonymous said...
This comment has been removed by a blog administrator.
Anonymous said...
This comment has been removed by a blog administrator.
Anonymous said...
This comment has been removed by a blog administrator.