Masih kelanjutan tulisan sebelumnya...
Darimana kah datangnya sabar?
Sabar adalah kemampuan menghadapi diri kita sendiri. Menghadapi orang lain ga butuh sabar, melainkan IKHLAS. Sabar adalah metode untuk mengatasi konflik dengan diri sendiri.
Dalam Surah AlBaqarah ayat 153 Allah berfirman, “Sungguh, Allah bersama orang-orang yang sabar.” Dari ayat tersebut, kira-kira mana kah yang lebih tepat dari 2 pernyataan berikut?
:: Berusahalah untuk sabar, agar bisa selalu dibersamai Allah
:: Berusahalah untuk selalu bersama Allah, agar bisa sabar
Jawabannya adalah.. pernyataan kedua. Penyataan pertama tidak salah, tetapi pernyataan kedua lebih tepat. Sekaligus lebih mudah. Betapa kita masih seringkali mengeluh sulitnya bersabar, maka akan sulit pula kita untuk bersama Allah. Namun, bila kita mau mendekat selalu bersama Allah, insyAllah sabar akan labih mudah kita lakukan kan..? Jadi, bila hari ini kita merasa sulit bersabar, yuk coba kita cek lagi..sudahkah kita membersamai Allah hari ini? Orang yang paham seluk beluk ilmu sabar, belum tentu bisa bersabar. Karena sabar adalah akibat. Akibat dari dekatnya diri kepada Allah.
Jadi, makna dari Surah AlBaqarah ayat 153 adalah.. Mendekatlah kepada Allah, niscaya engkau akan menemukan dirimu ada di dalam dirimu. Maksud loe?hehe. Begini, selama ini kita ga bisa sabar adalah karena kita masih menemukan diri kita ada di luar diri kita. Misal, kita melihat orang punya jilbab bagus, eh kita jadi pengen juga. Itu karena kita melihat diri kita ada di dalam orang yang pakai jilbab itu, tidak menemukan diri kita di dalam diri kita sendiri. Banyak contoh lainnya bisa dicari sendiri... J
Bila kita mau mencari diri di dalam diri kita, maka kita akan temukan 2 hal di dalam diri..
- Ketiadaan. Manusia adalah sesosok makhluk Allah yang tidak memiliki apapun. Orang yang sudah menemukan ketiadaan dirinya, akan merasa tidak punya apa-apa. Orang yang merasa tidak punya apa-apa, akan mudah baginya untuk Sabar.
- Kehinaan. Manusia adalah seonggok tubuh yang berasal dari setetes air hina, akhirnya jadi “bangkai”, kemana-mana bawa ta-i. Seorang yang telah merasa dirinya hina, tidak akan menuntut untuk memperoleh sesuatu yang ‘mulia’ (misal: baju bagus, rumah gedong, mobil mewah). Orang seperti ini tidak akan menemukan dirinya di luar dirinya, dan ia akan mudah untuk Sabar.
No comments:
Post a Comment