Sunday, June 29, 2014

*smiling*

Bismillaah..

Ramadhan datang.... alam pun riang,,, :D Alhamdulillaah... di hari 1 Ramadhan ini semoga Allah berikan hidayah dan kekuatan bagi kita semua untuk memanfaatkan setiap waktu yang berlalu demi mencapai ridho-Nya. Aamiin.. :D

Pak Ustadz Quraish Shihab seingat saya pernah mengatakan, “Allah itu mencengangkan.” Yang beliau maksud saat itu adalah tentang kuasa dan takdir Allah yang berlaku pada semua makhluk ciptaan-Nya. Bukan hanya manusia, tapi kuasa Allah pada hewan dan tumbuh-tumbuhan pun sesungguhnya memang seringkali membuat kita tercengang-cengang. Lihatlah bagaimana Allah memampukan seekor cicak untuk menangkap nyamuk sebagai makanannya padahal nyamuk bisa terbang sedang cicak tidak. Lihat pula bagaimana Allah menciptakan buah-buah yang manis dan enak rasanya padahal tidak pernah kita menanam pohon pakai gula. (*nggg. Hehe)

Beberapa pekan terakhir ini rasanya hati dan tubuh saya seringan udara.. sungguh, menyaksikan setiap harinya bagaimana satu takdir Allah membawa saya ke takdir Allah yang lain. Betapa mencengangkannya. Belum genap 2 bulan yang lalu Allah izinkan saya merasakan kesedihan, yang dengan kesedihan itu saya justru belajar banyak tentang kesabaran dan keikhlasan dalam menerima setiap takdir-Nya yang akan berlaku untuk saya.. Kesedihan, yang justru, menjadi pintu awal terbukanya kebahagiaan bagi saya saat ini, detik ini, (dan saya harap pada setiap detik yang akan datang).. Kebahagiaan untuk dapat mensyukuri setiap karunia-Nya. Sekecil apapun, sesederhana apapun. Mengingat besarnya nikmat yang Allah limpahkan kepada saya di sepanjang perjalanan hidup saya selama ini.

Memanglah benar, Allah itu tidak pernah akan menyakiti hamba-Nya. Bila pun di suatu ketika dalam hidup kita Allah izinkan kita merasakan kesedihan, yakinlah bahwa di balik kesedihan itu ada buah manis yang Allah telah siapkan untuk kita petik. Sungguh tidak mudah, mengikhlaskan kesedihan di dalam hati dan mengembalikan seluruhnya seutuhnya kepada Allah. Namun, ganjarannya besar. Semoga.. Hehe..

Maa ashoba min mushibatin illa bi idznillah.. Dalam Surat At-Taghabun ayat 11 Allah berfirman, “Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu...” Jadi memang Allah itu tahu saat kita lagi dirundung kesedihan, dan Allah memang mengizinkan musibah berupa kesedihan, sakit, celaka, kerugian, itu terjadi pada kita. Pasti semua manusia pernah lah merasakan tertimpa musibah, kecil maupun besar. Dan dari ayat tersebut bisa kita belajar bahwa di balik musibah itu ada hidayah/petunjuk yang Allah siapkan untuk diberikan pada mereka yang terkena musibah. Karenanya, tidak ada tempat lain bagi kita untuk mengadukan setiap kesedihan dan curahan hati kita, selain Allah. Karena Allah yang paling tahu seberapa dalam kita terluka. Allah pun tahu penawar luka terbaik, seberapa kadarnya, dan kapan waktu terbaik Allah berikan penawar itu untuk menyembuhkan luka-luka di hati kita.. Indah ya... :’)

Terakhir, ada quote bagus banget dari Pak Mario Teguh yang saya sukaa bangett. Hehe..
“Allah tak akan membuang yang kau kira baik, tanpa menyiapkan yang betul-betul baik bagimu.”

Klinikmtharyono.290614.jam11.31

Sunday, June 8, 2014

Human's Heart

Bismillaah..
Sudah lama sekali tidak berbagi disini. Setahun lebih. Karena satu dan lain hal (baca: sok sibuk praktek. hehe), jadi agak lalai untuk berbagi kepada sesama. Meskipun yang dibagi hanyalah sederhana, sekadar pengalaman dan hikmah di baliknya, semoga Allah berkenan mencatat ini sebagai salah satu amal baik saya pemberat timbangan amal kebajikan di yaumil akhir kelak. Amin. :)

Human's heart. Hati manusia. Salah satu misteri Ilahi yang tidak akan pernah bisa kita ungkap hingga hari penghitungan tiba. Hati manusia seutuhnya adalah milik Allah. Hanya Allah pula yang mengetahui setiap bisikan hati-hati manusia. Bahkan malaikat pun tidak mengetahui secara pasti isi hati manusia. Hanya Allah dan manusia yang bersangkutan yang mengetahui secara pasti apa yang ada di dalam hatinya. Walaupun, terus terang, saya sendiri bahkan tidak tahu apa yang ada di hati saya. Haha. *gakjelas*. Kadang saya merasa saya ini orang baik, tapi lalu saya berpikir, saya kan baik hanya sama orang yang baik sama saya. Sama orang yang tidak baik sama saya, saya juga gak baik-baik amat. Berarti, hati saya baik atau gak baik? Atau kadang baik kadang gak baik? Haha. Saya tidak pernah benar-benar berhasil memutuskan hati saya sebagai hati seorang yang baik atau tidak baik. Padahal itu hati saya sendiri. Apalagi hati orang lain. Tidak pernah bisa saya memutuskan seseorang itu berhati baik atau sebaliknya, hanya dari apa yang saya (dan orang-orang sekitar saya) lihat.

Karena kita tidak pernah bisa mengetahui dengan pasti seorang benar-benar baik atau tidak, seharusnyalah kita memutuskan untuk menganggap setiap orang itu baik. Memang akan ada, pasti, seseorang atau beberapa orang dalam hidup fase kehidupan kita, yang akan menyakiti hati kita. Ada yang sedikit menyakiiti, ada yang banyak. Ada yang menorehkan luka satu tusukan duri yang hanya sebentar sakitnya, ada pula yang sampai membuat luka robekan panjang, dalam, lagi berbekas. *maknyusss :p* Namun, bukan berarti orang tersebut berhati jahat. Rasa sakit hati yang kita alami dari orang lain sebenarnya adalah cara Allah mendidik kita untuk sabar dan ikhlas. Seandainya tidak ada orang di dunia ini yang menyakiiti kita, dari mana kita lantas belajar sabar? Bagaimana kita akan pantas mendapat pahala orng-orang yang bersabar? Seandainya setiap kebaikan kita dibalas pula dengan kebaikan dari orang lain, darimana kita belajar ikhlas? Bagaimana Allah akan menganugerahi pahala orang-orang ikhlas kepada kita bila kita tidak pernah merasakan ketika hanya Allah satu-satunya harapan dan pelindung kita?

Suatu hari, seseorang pernah berkata kepada saya, "Saya tidak pernah mau menyakiti orang lain. Karena kita tidak pernah tahu isi hati orang yang kita sakiti itu. Bisa jadi suatu ketika dia menaruh dendam pada kita dan menyakiti kita lebih dari yang kita perbuat." Nyatanya, orang inilah yang menyakiti hati saya melebihi apapun. Belum pernah ada orang yang menyakiti saya seperti saat dia menyakiti saya. Ironis, memang. Ketika perbuatan seseorang tidak sesuai dengan apa yang dikatakannya. Dan kita nyata-nyata menjadi ‘objek' dari kata-katanya tersebut. :) Awalnya seringkali saya bertanya, apa yang saya perbuat sampai orang tega menyakiti saya seperti itu? Namun, setelah saya perlahan-lahan merenung dan berpikir kembali, justru saya menemukan kebaikan yang luar biasa besar di balik seluruh kesakithatian itu. Kebaikan untuk berlatih sabar, kebaikan untuk menambah keikhlasan hati pada setiap takdir-Nya, kebaikan untuk berpasrah diri pada-Nya melebihi setiap usaha, keringat, dan air mata yang tercurah. Semakin lama, saya menemukan satu kenyataan bahwa rasa sakit hati itu bukanlah tentang saya dan orang yang menyakiti saya. Sama sekali bukan. Sakit hati itu adalah tentang saya dengan pelajaran yang ingin Allah berikan pada saya. Tentang proses yang Allah berikan pada saya untuk -insyaAllah- menjadi muslim yang lebih baik dalam pandangan-Nya. Adanya orang lain yang menyakiti saya hanyalah satu washilah (sarana) yang Allah tetapkan untuk mendidik saya memperbaiki diri. Tidak lebih, tidak kurang. *jadi melankolis begini sih?haha* Gakpapa lah yaa.. meskipun jadi melow-melow, semoga pesan baiknya tetap tersampaikan dalam tulisan ini. :) aamiin..

Hati manusia adalah milik Allah. Seberapapun inginnya kita mengetahui isi hati orang lain, tidak akan pernah mampu kita mengetahuinya. Karenanya, cukuplah kita menganggap hati setiap orang berisi kebaikan sebagaimana kita ingin dianggap baik oleh orang lain. Betul betul betul? J Semoga Allah senantiasa membimbing saya dan kita semua untuk dapat berprasangka baik pada orang lain, sebagaimana inginnya kita disangkakan baik oleh orang lain. ^^ Alhamdulillaah..

klinikmtharyono,8.6.2014 Jam 15.08

Monday, May 13, 2013

Bapak Kaos Coklat Susu


Bismillaah..

Setiap hari Senin sampai Sabtu selama sebulan terakhir ini saya menjadi pelanggan setia bus umum (bus atau bis?). Banyak inspirasi yang saya dapat selama perjalanan bolak-balik di atas bus. Salah satunya saya tuangkan ke dalam tulisan ini.

Jadi ceritanya sekitar 1 mingguan yang lalu, saya pulang kerja seperti biasa nunggu bus di pinggir jalan (digebugin orang sepasar nek di tengah jalan). Saat datang bus yang dinanti, saya pun naik ke dalam bus, tingak tinguk cari tempat duduk. Bus masih agak kosong sore itu. Beberapa baris kursi berkapasitas 2 orang baru ditempati satu orang penumpang. Saya pun memilih satu kursi kosong, persis di samping seorang bapak paruh baya berkaos lusuh warna coklat susu. dari awal saya lirik si bapak ini dalam hati, ‘kurus bangett ya Allah..’ Bus pun melaju beberapa puluh meter lalu berhenti menunggu penumpang. Di tempat ngetem ini, biasalah.. banyak abang-abang jualan yang naik bus nawarin jajanan.. aqua, mijon, dondong, tahu, tisu, lampe (baca: lap kecil. *jangan tanya saya kenapa disebut lampe, saya juga bingung kenapa si abang ngomongnya ‘lampe,lampe,lampe..lampenya neng’), sampai kacang telur-permen jahe. Nah bagi para pembaca yang juga pelanggan setia bus umum, pasti hafal bener modus jualannya abang-abang kacang telur-permen jahe ini adalah dengan menaruh 1-2 bungkus jualannya di atas pangkuan setiap penumpang untuk kemudian dipungutin lagi satu-satu.. Saya, yang memang persis sebelum pulang sore itu baru makan siang sama temen, memutuskan untuk tidak membeli jajanan si abang kacang telur-permen jahe. Masih kenyang.

Datanglah si abang ke arah saya dan bapak kaos coklat susu. Jualan si abang 2-2nya saya kembalikan. Si bapak paruh baya hanya mengembalikan kacang telur dan selembar uang 2000an. Beliau membeli sebungkus permen jahe rupanya. Seketika bus akan tancap gas karena penumpang yang mulai penuh, bapak kaos coklat susu tiba-tiba menyodorkan permen jahe ke arah saya, “Mau, Teh?” Saya, yang sebenarnya cukup kaget dengan manuver si bapak, sempet bengong sebentar sambil menengok dan melihat wajah si bapak. Senyum mengembang di wajah beliau. Saya menolak dengan halus, gak lupa pake senyum semanis mungkin. Selain karena saya memang tidak terlalu suka dengan produk-produk jahe (minuman, permen, kue, apapun lah..), saya juga memang masih kenyang. Lagipula, saya mulai berpikir mungkin si bapak lapar belum sempat makan siang makanya beli permen jahe. Atau bahkan belum sempet sarapan juga dari pagi. Soalnya bapaknya itu emang kurus banget. Kalo ditimbang, tebakan saya berat badannya gak sampe 45 kg deh. Tapi fisiknya terkesan cukup sehat.

Beberapa meter setelah bus melaju, saya terus memikirkan tentang manuver si bapak kaos coklat susu yang menawarkan permen jahenya kepada saya. Ya Allah.. memori saya tiba-tiba seperti ditarik kembali pada momen beberapa tahun lalu (yang sebenarnya sudah lama banget gak pernah saya ingat-ingat).. di dalam pesawat salah satu maskapai penerbangan di Indonesia yang tidak menyediakan makanan bagi penumpangnya. Hehe. Saat itu saya ingat banget... saya kelaparan! Masya Allah. Perut saya perih banget waktu itu saya inget persis karena saya belum sempat makan apa-apa di hari itu sejak pagi, padahal saya naik pesawat itu sudah sore. Nah, yang bikin mirisnya adalah orang yang duduk di samping saya di pesawat itu bawa bekal makanan roti sobek yang kira-kira seukuran netbook. Saya benar-benar laparrr minta ampun ya Allah.. tapi orang yang duduk di samping saya tidak sekalipun menawarkan roti yang beliau makan kepada saya sampai disimpannya lagi sebagian sisanya. Dan ya gak mungkin juga saya tiba-tiba bilang ke orang tersebut, “Minta rotinya, Pak..”. Heheh.. tengsin bo.

Sesak lantas menyeruak dalam hati saya di atas bus sore itu atas perbuatan bapak kaos coklat susu di samping saya, lalu teringat pada kejadian beberapa tahun lalu di pesawat. Saya termasuk orang yang masih sering beranggapan bahwa keterbatasan ekonomi lebih erat dengan kejahatan, kekufuran, bahkan kekafiran. Astaghfirullah.. di sore itu mungkin Allah hendak mengajarkan pada saya bahwa kebijaksanaan dan hikmah yang besar bisa saja kita peroleh dari keterbatasan yang ada. Si bapak paruh baya yang kurus, membeli sebungkus permen jahe dengan selembar uang 2000an dari kantongnya, menawarkan saya –orang tidak beliau kenal– yang secara random duduk di samping beliau di atas bus umum, dengan senyum.. padahal mungkin beliau beli permen itu juga karena lapar, seperti saya beberapa tahun lalu di pesawat. Sepanjang perjalanan itu saya perhatikan si bapak, yang terus mengunyah permen jahe sepanjang perjalanan, sampai habis satu bungkus. Hehe. Kalau gak lapar, berarti si bapak emang hobi banget sama permen jahe. :p

Sejak sore itu, saya kembali merasa seperti diingatkan: Setiap kali makan di tempat umum di samping orang lain, harus menawarkan makanan yang saya makan kepada orang di samping saya. Bukankah itu pula ajaran Rasulullaah Saw teladan alam? J bahkan tetangga yang dapat mencium bau masakan kita saja sudah memiliki hak untuk mencicipi masakan yang kita buat.. Lagipula, sangat bisa jadi, orang-orang yang tidak kita kenal di samping kita sebenarnya sedang dalam keadaan yang sama persis dengan saya di pesawat beberapa tahun lalu: laperrrr beraatt!! :D
Alhamdulillaah..
kamarternyamansedunia.homswithom.
130513. 21.00 WIB

Wednesday, April 3, 2013

Sukaku atau Ridho-Nya


Semakin kita mencoba mencari makna di setiap peristiwa yang terjadi, semakin kita menemukan kasih sayang Allah di dalamnya. Suka maupun tidak suka. Bahwa sesungguhnya hidup ini bukanlah mengenai apa yang kita inginkan, life doesnt always go my way kata Britney Spears dalam lagunya ‘Im not a girl not yet a woman.’ Hidup kita adalah tentang apa yang Allah takdirkan. Dan bagaimana sikap kita dalam menerima setiap takdir itu. Setiap usaha yang diamalkan. Setiap doa yang terungkap di sujud-sujud panjang kita, tak berarti harus membawa hidup sesuai dengan keinginan kita. Allah yang Maha Tahu. Hanya Allah yang Maha Tahu. Mungkin sering kita bertanya, mengapa Allah menakdirkan ini untukku? Mengapa Allah memberi pilihan ini untukku dan bukan pada orang lain? Mengapa dari sekian banyak manusia, Allah memilihku untuk mengalami ini? Setiap tanya yang sangat boleh jadi tidak akan segera kita dapatkan jawabannya. Mungkin berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun kemudian kita baru merasakan hikmahnya, manfaatnya. Itulah sebabnya, keikhlasan menjadi barang mahal. Ikhlas melakukan segala amal semata-mata karena Allah. Ikhlas menerima setiap ketentuannya yang terjadi dalam hidup kita. Keikhlasan yang diiringi dengan prasangka baik pada Allah. Sejak detik pertama peristiwa itu terjadi. Allah tidak pernah akan menyakiti kita. Tidak pernah. Tak akan pernah. Allah hanya ingin yang terbaik untuk kita. Pasti. Pasti. Hingga sepahit apapun pil yang harus kita telan, yakinlah bahwa pasti hanya buah manis yang kelak Allah siapkan untuk kita panen.

Namun, tak urung ikhlas menjadi pekerjaan yang berat. Bagi saya, yang masih terus berkubang dalam dosa dan kesia-siaan, yang masih jauh dari amalan-amalan ahli qur’an, yang masih sering hanyut menikmati keindahan-keindahan duniawi, yang masih nyaman mengikuti hawa nafsu, yang masih berat menjauhkan lambung dari tempat tidur di sepertiga akhir malam, yang masih tertatih memfasihkan hafalan kalam-Nya, yang masih sering berwajah masam pada bapak ibu, yang masih banyak mengeluh dalam kesempitan, yang sering lupa dalam kesenangan, yang masih mengotori hati dengan cinta kepada selain-Nya. Hingga langkah terasa berat, tertatih-tatih berjalan meraih ridho-Nya. Astaghfirullahal’azhiim. Astaghfirullaah. Astaghfirullaahal’azhiim. Ya Allah, dengan apa kelak harus kutebus setiap kelalaianku kini??

Ikhlas adalah amal sholeh. Ia amalan hati. Kerja hati. Tak ada amal sholeh yang ringan dilakukan ketika maksiat dan kesia-siaan masih terus menyelimuti diri. Sebaliknya, amal sholeh seberat apapun kan terasa ringan ketika hari-hari kita telah penuh terisi dengan kebaikan-kebaikan ahli surga. Ibarat candu, amal sholeh akan menarik amal sholeh lainnya hingga kemaruk seorang manusia dibuatnya. Maruk beramal sholeh. Begitupun maksiat dan kesia-siaan, kan menarik maksiat lainnya hingga tertutup hati seorang manusia dari cahaya kebaikan. Na’uzubillaah. Tsumma na’udzubillaah..

Hidup berisi pilihan-pilihan. Pada dasarnya hanya ada dua pilihan: ridho-Nya atau murka-Nya, jalan surga atau jalan neraka, jalan wahyu atau jalan nafsu. Hanya dua pilihan itu. Dalam menjemput takdir yang baik, memilih adalah suatu keniscayaan. Ia beri pilihan yang dengan atau tanpa kita sadari mengarah pada dua alternatif itu. Ridho-Nya, atau murka-Nya. Bahkan seorang teman yang hanif pernah menulis: Jika terdapat dua pilihan yang sama-sama tidak enaknya bagi kita dan kita tetap harus memilih, maka pilihlah yang paling menyelisihi hawa nafsu. Nasihat yang puluhan, mungkin ratusan kali ditanamkan ke dalam hati namun tak urung berat pula rasanya ketika dihadapi. Karena hawa nafsu tak akan pernah habis bila dituruti, sedangkan surga kelak akan dihadiahi oleh mereka yang menahan hawa nafsunya. Wa ammaa man khoofa maqooma robbihii wa nahannafsa ‘anil hawa, fainnal jannata hiyal ma’wa.. dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya, maka sungguh, surgalah tempat tinggalnya.. (An-Naazi’at: 40-41). Maka mengambil pilihan yang menyelisihi hawa nafsu semoga dapat menjadi salah satu jalan meraih ridho-Nya. Pun dalam memilih takdir-Nya tentang cinta. Tentang rasa. Tentang hati. Ketika ikhlas itu masih berat, sepertinya hanya dengan menyelisihi hawa nafsu lah sebuah langkah kecil kan bisa diawali. Dengan senantiasa memperkuat doa memohon kebaikan kepada-Nya agar meringankan dan senantiasa memberkahi langkah-langkah selanjutnya. Kearah manapun Ia memberi jalan. Hingga tak lagi rintihan kesakitan yang dijeritkan dalam hati, melainkan senyum tulus keikhlasan yang membawa kesejukan bagi diri sendiri dan orang lain.

Sebuah catatan hati yang tidak begitu manis, namun semoga kelak
menjadi pengingat diri ini akan besarnya kasih sayang Allah..
.homswithom. 03April2013.1236 wib.,

Thursday, March 14, 2013

Edisi Hati


Bismillaah..

Alhamdulillaah.. malam Jumat kedua saya sebagai penduduk tetap (lagi) di kota ini. Bersyukur banget sekarang saya bisa nulis di kamar ternyaman sedunia.. di Homswithom. Sebenarnya udah sejak seminggu yang lalu kepala saya penuh sama hal-hal yang pingin banget saya bagi ke sodara-sodara sekalian. Tapi yah, karena satu dan lain hal (baca: urus pindahan Jogja-Tangerang), jadi tertunda. Ditambah lagi, beberapa hari terakhir ini kondisi hati saya lagi bener-bener tidak karuan. Gampang berprasangka. Liat ini, mikir gitu. Denger itu, mikir gini. Astaghfirullaah. Bukan hanya Indonesia yang situasinya lagi kacau balau. Hati saya juga. *hampircurcolceritanya* hahah. Hati itu sulit dipahami, bahkan dengan akal pikiran kita sekalipun. Saya jadi ingat pesan seorang senior di awal-awal saya kuliah dulu, “Kalo tentang aturan Allah, terima dulu dengan hati. Dipikirnya belakangan, yang penting hati menerima dulu kebenarannya.” Beberapa tahun setelah mendengar pesan itu, saya baru benar-benar memahami maknanya. Bahwa memang tidak selamanya kebenaran/ kebaikan dari Allah bisa diterima oleh akal pikiran kita. Ada kalanya hanya fitrahnya hati yang bisa membedakan benar dan salah, baik dan buruk. Meskipun pikiran kita seperti tidak mampu menggapainya. Saya coba juga mencari sebuah hadits shahih terkait hati ini:
Dari Wabishah bin Ma’bad Ra. berkata, “Aku datang kepada Rasulullah saw., maka beliau bersabda, “Apakah engkau datang untuk bertanya tentang kebaikan?” Aku menjawab, “Benar, wahai Rasulullaah.” Lalu beliau bersabda, “Mintalah fatwa kepada hatimu sendiri (istaftii qolbak). Kebaikan adalah apa yang karenanya jiwa dan hati menjadi tentram dan dosa adalah apa yang mengusik jiwa dan meragukan hati, meskipun orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya.” (Ahmad dan Darimi)
Terlalu banyak hal yang harus saya syukuri di hari-hari ini, banyak bangett ya Allah saya bahkan sampai merasa berat menerima kebaikan demi kebaikan yang Allah anugerahkan setiap harinya. Namun juga terlampau banyak yang harus saya istighfari.

--------ini sebenarnya saya mau nulis apa sih, flight of ideas gini. Ya gak papa lah ya, selama yang saya tulis masih ada manfaatnya ^^------

Ikhlas. Kata tunggal yang maknanya seluas langit dan bumi. Karena ikhlas harganya surga, dan surga itu seluas langit dan bumi. Kalau bumi kita sudah tahu lah ya berapa luasnya (emang berapa?). Tapi langit..? Seberapa luasnya langit? Wallahua’lam, yang jelas si penulis tidak lebih tahu daripada si pembaca. Anyway. Ikhlas, menurut bahasa artinya murni, bersih, jernih, tanpa campuran. Menurut istilah artinya melakukan amal perbuatan yang sesuai syariat dengan hanya mengharap ridho Allah saja. Jadi salah besar kalau dikatakan orang ikhlas adalah orang yang tidak mengharapkan apa-apa. Untuk apa beramal kalau gak kepingin dapat apa-apa? Jelas kepingin dong dapat ridho Allah. Ikhlas letaknya di hati. Jadi ikhlas ini sesungguhnya adalah amalan hati, meskipun orang-orang yang ikhlas akan terlihat dari gerak gerik dan bicaranya. Orang ikhlas itu kalau bekerja pasti sepenuh hati so  kerjaannya beres dengan baik. Bicaranya santun, lemah lembut, tidak menyakiti orang lain, bahkan senang memaafkan kesalahan orang lain. Orang ikhlas tidak gampang sakit hati dengan perbuatan orang lain di sekitarnya, tidak rajin karena pujian dan tidak malas karena celaan. Ibarat kata seisi dunia ini porak poranda dalam kesemrawutan, orang ikhlas akan senantiasa tersenyum dalam kedamaian (hatinya). Enak banget jadi orang ikhlas. Di dunia bahagia (jelas bahagia, karena tidak banyak nuntut ini itu), di akhirat apalagi. Jauh lebih bahagia.

Inilah yang bikin saya sedih berhari-hari. Sulitnya ikhlas. Hati saya jadi tidak karuan karena saya sadari masih ada ketergantungan saya terhadap makhluk. Masih ingin ‘dianggap’, gitu.. Masih ada kekhawatiran tentang takdir-Nya yang akan berlaku pada saya. Astaghfirullaah.. Inginnya saya bisa melepaskan setiap bentuk ketergantungan kepada makhluk dan benar-benar mengembalikan segala urusan dan pembalasan yang baik kepada Allah. Tapi subhanallah. Rupanya saya masih sangat jauh dari itu. Saya dapat kata-kata bagus dari blog tetangga..

Ikhlas adalah buah dari hati orang yang mempunyai cinta kepada Allah, yang takut pada kemurkaan-Nya, yang sudah benar-benar yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa Allah Penguasa semesta alam, Pemilik segala karunia, Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Namun ikhlas ini adalah rahasia hati dimana Allah lah Yang Maha Mengetahui tentang keikhlasan pada setiap hamba-Nya. Bahkan manusia sendiri sering tidak tahu apakah sudah benar-benar ikhlas ataukah masih ada kemusyrikan di hatinya dalam beramal. (baca lengkap http://akbar08.wordpress.com/2012/10/14/bagaimana-cara-agar-ikhlas/).

Saya yakin bahwa apapun yang terjadi pada kita saat ini telah Allah gariskan untuk terjadi sejak 50.000 tahun sebelum langit dan bumi diciptakan. Semua takdir makhluk telah tertulis di lauhul mahfuzh. Sehingga tak ada lagi tempat bagi kita untuk melabuhkan setiap kegalaugundahgulanaan melainkan kepada Allah. Karena hanya Allah yang Maha Kuasa. Allah telah menetapkan takdir atas setiap makhluk-Nya. Namun, kita tidak pernah tahu takdir apa yang akan berlaku pada kita sampai benar terjadinya. Itu sebabnya, ikhtiar mutlak diperlukan demi mencapai takdir yang baik. Ada kalanya kita harus memilih dalam menentukan takdir mana yang akan kita jalani. Dalam memilih inilah, doa menjadi sebuah keniscayaan. Ketika akal dan hati seolah tak lagi bisa menemukan satu titik temu, hanya doa memohon pada Allah agar hanya Ia yang memilihkan takdir terbaik yang akan kita jalani kelak. Terbaik untuk dunia, sekaligus akhirat kita.

-------tuh kan bener makin gak jelas juntrungannya ini postingan saya kali ini. okelah saya sudahi saja. semoga tetap ada sedikit kebaikan yang dapat diambil dari tulisan ini ^^------

Sebelum saya tutup, ada ayat cakep banget yang baru saya baca beberapa hari yang lalu.. masih tentang hati.. hati orang-orang beriman. Semoga kita semua termasuk yang Allah sebutkan alam ayat ini, yang dipersatukan hatinya oleh Allah, hingga di surgaNya kelak.. :)


63. dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.

Alhamdulillaah.. ^^
kamarternyamansedunia.homswithom.
14032013...23.14 WIB