Sudah lama sekali tidak berbagi disini. Setahun lebih. Karena satu dan lain hal (baca: sok sibuk praktek. hehe), jadi agak lalai untuk berbagi kepada sesama. Meskipun yang dibagi hanyalah sederhana, sekadar pengalaman dan hikmah di baliknya, semoga Allah berkenan mencatat ini sebagai salah satu amal baik saya pemberat timbangan amal kebajikan di yaumil akhir kelak. Amin. :)
Human's heart. Hati manusia. Salah satu misteri Ilahi yang tidak akan pernah bisa kita ungkap hingga hari penghitungan tiba. Hati manusia seutuhnya adalah milik Allah. Hanya Allah pula yang mengetahui setiap bisikan hati-hati manusia. Bahkan malaikat pun tidak mengetahui secara pasti isi hati manusia. Hanya Allah dan manusia yang bersangkutan yang mengetahui secara pasti apa yang ada di dalam hatinya. Walaupun, terus terang, saya sendiri bahkan tidak tahu apa yang ada di hati saya. Haha. *gakjelas*. Kadang saya merasa saya ini orang baik, tapi lalu saya berpikir, saya kan baik hanya sama orang yang baik sama saya. Sama orang yang tidak baik sama saya, saya juga gak baik-baik amat. Berarti, hati saya baik atau gak baik? Atau kadang baik kadang gak baik? Haha. Saya tidak pernah benar-benar berhasil memutuskan hati saya sebagai hati seorang yang baik atau tidak baik. Padahal itu hati saya sendiri. Apalagi hati orang lain. Tidak pernah bisa saya memutuskan seseorang itu berhati baik atau sebaliknya, hanya dari apa yang saya (dan orang-orang sekitar saya) lihat.
Karena kita tidak pernah bisa mengetahui dengan pasti seorang benar-benar baik atau tidak, seharusnyalah kita memutuskan untuk menganggap setiap orang itu baik. Memang akan ada, pasti, seseorang atau beberapa orang dalam hidup fase kehidupan kita, yang akan menyakiti hati kita. Ada yang sedikit menyakiiti, ada yang banyak. Ada yang menorehkan luka satu tusukan duri yang hanya sebentar sakitnya, ada pula yang sampai membuat luka robekan panjang, dalam, lagi berbekas. *maknyusss :p* Namun, bukan berarti orang tersebut berhati jahat. Rasa sakit hati yang kita alami dari orang lain sebenarnya adalah cara Allah mendidik kita untuk sabar dan ikhlas. Seandainya tidak ada orang di dunia ini yang menyakiiti kita, dari mana kita lantas belajar sabar? Bagaimana kita akan pantas mendapat pahala orng-orang yang bersabar? Seandainya setiap kebaikan kita dibalas pula dengan kebaikan dari orang lain, darimana kita belajar ikhlas? Bagaimana Allah akan menganugerahi pahala orang-orang ikhlas kepada kita bila kita tidak pernah merasakan ketika hanya Allah satu-satunya harapan dan pelindung kita?
Suatu hari, seseorang pernah berkata kepada saya, "Saya tidak pernah mau menyakiti orang lain. Karena kita tidak pernah tahu isi hati orang yang kita sakiti itu. Bisa jadi suatu ketika dia menaruh dendam pada kita dan menyakiti kita lebih dari yang kita perbuat." Nyatanya, orang inilah yang menyakiti hati saya melebihi apapun. Belum pernah ada orang yang menyakiti saya seperti saat dia menyakiti saya. Ironis, memang. Ketika perbuatan seseorang tidak sesuai dengan apa yang dikatakannya. Dan kita nyata-nyata menjadi ‘objek' dari kata-katanya tersebut. :) Awalnya seringkali saya bertanya, apa yang saya perbuat sampai orang tega menyakiti saya seperti itu? Namun, setelah saya perlahan-lahan merenung dan berpikir kembali, justru saya menemukan kebaikan yang luar biasa besar di balik seluruh kesakithatian itu. Kebaikan untuk berlatih sabar, kebaikan untuk menambah keikhlasan hati pada setiap takdir-Nya, kebaikan untuk berpasrah diri pada-Nya melebihi setiap usaha, keringat, dan air mata yang tercurah. Semakin lama, saya menemukan satu kenyataan bahwa rasa sakit hati itu bukanlah tentang saya dan orang yang menyakiti saya. Sama sekali bukan. Sakit hati itu adalah tentang saya dengan pelajaran yang ingin Allah berikan pada saya. Tentang proses yang Allah berikan pada saya untuk -insyaAllah- menjadi muslim yang lebih baik dalam pandangan-Nya. Adanya orang lain yang menyakiti saya hanyalah satu washilah (sarana) yang Allah tetapkan untuk mendidik saya memperbaiki diri. Tidak lebih, tidak kurang. *jadi melankolis begini sih?haha* Gakpapa lah yaa.. meskipun jadi melow-melow, semoga pesan baiknya tetap tersampaikan dalam tulisan ini. :) aamiin..
Hati manusia adalah milik Allah. Seberapapun inginnya kita mengetahui isi hati orang lain, tidak akan pernah mampu kita mengetahuinya. Karenanya, cukuplah kita menganggap hati setiap orang berisi kebaikan sebagaimana kita ingin dianggap baik oleh orang lain. Betul betul betul? J Semoga Allah senantiasa membimbing saya dan kita semua untuk dapat berprasangka baik pada orang lain, sebagaimana inginnya kita disangkakan baik oleh orang lain. ^^ Alhamdulillaah..
klinikmtharyono,8.6.2014 Jam 15.08
No comments:
Post a Comment