Semakin kita mencoba mencari
makna di setiap peristiwa yang terjadi, semakin kita menemukan kasih sayang
Allah di dalamnya. Suka maupun tidak suka. Bahwa sesungguhnya hidup ini
bukanlah mengenai apa yang kita inginkan, life
doesnt always go my way kata Britney Spears dalam lagunya ‘Im not a girl not yet a woman.’ Hidup
kita adalah tentang apa yang Allah takdirkan. Dan bagaimana sikap kita dalam
menerima setiap takdir itu. Setiap usaha yang diamalkan. Setiap doa yang
terungkap di sujud-sujud panjang kita, tak berarti harus membawa hidup sesuai dengan
keinginan kita. Allah yang Maha Tahu. Hanya Allah yang Maha Tahu. Mungkin sering
kita bertanya, mengapa Allah menakdirkan ini untukku? Mengapa Allah memberi
pilihan ini untukku dan bukan pada orang lain? Mengapa dari sekian banyak
manusia, Allah memilihku untuk mengalami ini? Setiap tanya yang sangat boleh jadi
tidak akan segera kita dapatkan jawabannya. Mungkin berhari-hari,
berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun kemudian kita baru merasakan hikmahnya, manfaatnya.
Itulah sebabnya, keikhlasan menjadi barang mahal. Ikhlas melakukan segala amal
semata-mata karena Allah. Ikhlas menerima setiap ketentuannya yang terjadi dalam
hidup kita. Keikhlasan yang diiringi dengan prasangka baik pada Allah. Sejak detik
pertama peristiwa itu terjadi. Allah tidak pernah akan menyakiti kita. Tidak
pernah. Tak akan pernah. Allah hanya ingin yang terbaik untuk kita. Pasti.
Pasti. Hingga sepahit apapun pil yang harus kita telan, yakinlah bahwa pasti
hanya buah manis yang kelak Allah siapkan untuk kita panen.
Namun, tak urung ikhlas
menjadi pekerjaan yang berat. Bagi saya, yang masih terus berkubang dalam dosa dan
kesia-siaan, yang masih jauh dari amalan-amalan ahli qur’an, yang masih sering
hanyut menikmati keindahan-keindahan duniawi, yang masih nyaman mengikuti hawa
nafsu, yang masih berat menjauhkan lambung dari tempat tidur di sepertiga akhir
malam, yang masih tertatih memfasihkan hafalan kalam-Nya, yang masih sering
berwajah masam pada bapak ibu, yang masih banyak mengeluh dalam kesempitan,
yang sering lupa dalam kesenangan, yang masih mengotori hati dengan cinta kepada
selain-Nya. Hingga langkah terasa berat, tertatih-tatih berjalan meraih ridho-Nya.
Astaghfirullahal’azhiim. Astaghfirullaah. Astaghfirullaahal’azhiim. Ya Allah, dengan
apa kelak harus kutebus setiap kelalaianku kini??
Ikhlas adalah amal sholeh.
Ia amalan hati. Kerja hati. Tak ada amal sholeh yang ringan dilakukan ketika
maksiat dan kesia-siaan masih terus menyelimuti diri. Sebaliknya, amal sholeh
seberat apapun kan terasa ringan ketika hari-hari kita telah penuh terisi dengan
kebaikan-kebaikan ahli surga. Ibarat candu, amal sholeh akan menarik amal
sholeh lainnya hingga kemaruk seorang manusia dibuatnya. Maruk beramal sholeh.
Begitupun maksiat dan kesia-siaan, kan menarik maksiat lainnya hingga tertutup
hati seorang manusia dari cahaya kebaikan. Na’uzubillaah. Tsumma na’udzubillaah..
Hidup berisi
pilihan-pilihan. Pada dasarnya hanya ada dua pilihan: ridho-Nya atau murka-Nya,
jalan surga atau jalan neraka, jalan wahyu atau jalan nafsu. Hanya dua pilihan
itu. Dalam menjemput takdir yang baik, memilih adalah suatu keniscayaan. Ia
beri pilihan yang dengan atau tanpa kita sadari mengarah pada dua alternatif
itu. Ridho-Nya, atau murka-Nya. Bahkan seorang teman yang hanif pernah menulis:
Jika terdapat dua pilihan yang sama-sama tidak enaknya bagi kita dan kita tetap
harus memilih, maka pilihlah yang paling menyelisihi hawa nafsu. Nasihat yang puluhan,
mungkin ratusan kali ditanamkan ke dalam hati namun tak urung berat pula
rasanya ketika dihadapi. Karena hawa nafsu tak akan pernah habis bila dituruti,
sedangkan surga kelak akan dihadiahi oleh mereka yang menahan hawa nafsunya. Wa ammaa man khoofa maqooma robbihii wa
nahannafsa ‘anil hawa, fainnal jannata hiyal ma’wa.. dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya, maka sungguh, surgalah tempat tinggalnya.. (An-Naazi’at: 40-41). Maka
mengambil pilihan yang menyelisihi hawa nafsu semoga dapat menjadi salah satu
jalan meraih ridho-Nya. Pun dalam memilih takdir-Nya tentang cinta. Tentang rasa.
Tentang hati. Ketika ikhlas itu masih berat, sepertinya hanya dengan
menyelisihi hawa nafsu lah sebuah langkah kecil kan bisa diawali. Dengan senantiasa
memperkuat doa memohon kebaikan kepada-Nya agar meringankan dan senantiasa
memberkahi langkah-langkah selanjutnya. Kearah manapun Ia memberi jalan. Hingga
tak lagi rintihan kesakitan yang dijeritkan dalam hati, melainkan senyum tulus
keikhlasan yang membawa kesejukan bagi diri sendiri dan orang lain.
Sebuah catatan hati yang tidak begitu manis, namun semoga
kelak
menjadi pengingat diri ini akan besarnya kasih sayang
Allah..
.homswithom. 03April2013.1236 wib.,