Bismillaah..
Alhamdulillaah.. malam Jumat
kedua saya sebagai penduduk tetap (lagi) di kota ini. Bersyukur banget sekarang
saya bisa nulis di kamar ternyaman sedunia.. di Homswithom. Sebenarnya udah sejak
seminggu yang lalu kepala saya penuh sama hal-hal yang pingin banget saya bagi
ke sodara-sodara sekalian. Tapi yah, karena satu dan lain hal (baca: urus pindahan
Jogja-Tangerang), jadi tertunda. Ditambah lagi, beberapa hari terakhir ini kondisi
hati saya lagi bener-bener tidak karuan. Gampang berprasangka. Liat ini, mikir gitu.
Denger itu, mikir gini. Astaghfirullaah.
Bukan hanya Indonesia yang situasinya lagi kacau balau. Hati saya juga. *hampircurcolceritanya*
hahah. Hati itu sulit dipahami, bahkan dengan akal pikiran kita sekalipun. Saya
jadi ingat pesan seorang senior di awal-awal saya kuliah dulu, “Kalo tentang aturan Allah, terima dulu dengan hati. Dipikirnya
belakangan, yang penting hati menerima dulu kebenarannya.” Beberapa tahun
setelah mendengar pesan itu, saya baru benar-benar memahami maknanya. Bahwa
memang tidak selamanya kebenaran/ kebaikan dari Allah bisa diterima oleh akal pikiran
kita. Ada kalanya hanya fitrahnya
hati yang bisa membedakan benar dan salah, baik dan buruk. Meskipun pikiran
kita seperti tidak mampu menggapainya. Saya coba juga mencari sebuah hadits
shahih terkait hati ini:
Dari Wabishah bin Ma’bad Ra. berkata, “Aku datang kepada Rasulullah saw., maka beliau bersabda, “Apakah engkau datang untuk bertanya tentang kebaikan?” Aku menjawab, “Benar, wahai Rasulullaah.” Lalu beliau bersabda, “Mintalah fatwa kepada hatimu sendiri (istaftii qolbak). Kebaikan adalah apa yang karenanya jiwa dan hati menjadi tentram dan dosa adalah apa yang mengusik jiwa dan meragukan hati, meskipun orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya.” (Ahmad dan Darimi)
Terlalu banyak hal yang
harus saya syukuri di hari-hari ini, banyak bangett ya Allah saya bahkan sampai
merasa berat menerima kebaikan demi kebaikan yang Allah anugerahkan setiap
harinya. Namun juga terlampau banyak yang harus saya istighfari.
--------ini sebenarnya saya
mau nulis apa sih, flight of ideas
gini. Ya gak papa lah ya, selama yang saya tulis masih ada manfaatnya ^^------
Ikhlas. Kata tunggal yang
maknanya seluas langit dan bumi. Karena ikhlas harganya surga, dan surga itu seluas
langit dan bumi. Kalau bumi kita sudah tahu lah ya berapa luasnya (emang
berapa?). Tapi langit..? Seberapa luasnya langit? Wallahua’lam, yang jelas si
penulis tidak lebih tahu daripada si pembaca. Anyway. Ikhlas, menurut bahasa
artinya murni, bersih, jernih, tanpa campuran. Menurut istilah artinya
melakukan amal perbuatan yang sesuai syariat dengan hanya mengharap ridho Allah
saja. Jadi salah besar kalau dikatakan orang ikhlas adalah orang yang tidak mengharapkan
apa-apa. Untuk apa beramal kalau gak kepingin dapat apa-apa? Jelas kepingin dong
dapat ridho Allah. Ikhlas letaknya di hati. Jadi ikhlas ini sesungguhnya adalah
amalan hati, meskipun orang-orang yang ikhlas akan terlihat dari gerak gerik dan
bicaranya. Orang ikhlas itu kalau bekerja pasti sepenuh hati so kerjaannya beres dengan baik. Bicaranya
santun, lemah lembut, tidak menyakiti orang lain, bahkan senang memaafkan
kesalahan orang lain. Orang ikhlas tidak gampang sakit hati dengan perbuatan
orang lain di sekitarnya, tidak rajin karena pujian dan tidak malas karena
celaan. Ibarat kata seisi dunia ini porak poranda dalam
kesemrawutan, orang ikhlas akan senantiasa tersenyum dalam kedamaian (hatinya).
Enak banget jadi orang ikhlas. Di dunia bahagia (jelas bahagia, karena tidak
banyak nuntut ini itu), di akhirat apalagi. Jauh lebih bahagia.
Inilah yang bikin saya sedih
berhari-hari. Sulitnya ikhlas. Hati saya jadi tidak karuan karena saya sadari
masih ada ketergantungan saya terhadap makhluk. Masih ingin ‘dianggap’, gitu.. Masih
ada kekhawatiran tentang takdir-Nya yang akan berlaku pada saya. Astaghfirullaah.. Inginnya saya bisa
melepaskan setiap bentuk ketergantungan kepada makhluk dan benar-benar
mengembalikan segala urusan dan pembalasan yang baik kepada Allah. Tapi subhanallah.
Rupanya saya masih sangat jauh dari itu. Saya dapat kata-kata bagus dari blog
tetangga..
“Ikhlas adalah buah dari hati orang yang mempunyai cinta kepada Allah, yang takut pada kemurkaan-Nya, yang sudah benar-benar yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa Allah Penguasa semesta alam, Pemilik segala karunia, Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Namun ikhlas ini adalah rahasia hati dimana Allah lah Yang Maha Mengetahui tentang keikhlasan pada setiap hamba-Nya. Bahkan manusia sendiri sering tidak tahu apakah sudah benar-benar ikhlas ataukah masih ada kemusyrikan di hatinya dalam beramal.” (baca lengkap http://akbar08.wordpress.com/2012/10/14/bagaimana-cara-agar-ikhlas/).
Saya yakin bahwa apapun yang
terjadi pada kita saat ini telah Allah gariskan untuk terjadi sejak 50.000
tahun sebelum langit dan bumi diciptakan. Semua takdir makhluk telah tertulis di
lauhul mahfuzh. Sehingga tak ada lagi tempat bagi kita untuk melabuhkan setiap
kegalaugundahgulanaan melainkan kepada Allah. Karena hanya Allah yang Maha
Kuasa. Allah telah menetapkan takdir atas setiap makhluk-Nya. Namun, kita tidak
pernah tahu takdir apa yang akan berlaku pada kita sampai benar terjadinya. Itu
sebabnya, ikhtiar mutlak diperlukan demi mencapai takdir yang baik. Ada kalanya
kita harus memilih dalam menentukan takdir mana yang akan kita jalani. Dalam
memilih inilah, doa menjadi sebuah keniscayaan. Ketika akal dan hati seolah tak
lagi bisa menemukan satu titik temu, hanya doa memohon pada Allah agar hanya Ia
yang memilihkan takdir terbaik yang akan kita jalani kelak. Terbaik untuk dunia,
sekaligus akhirat kita.
-------tuh kan bener makin
gak jelas juntrungannya ini postingan saya kali ini. okelah saya sudahi saja.
semoga tetap ada sedikit kebaikan yang dapat diambil dari tulisan ini ^^------
Sebelum saya tutup, ada ayat
cakep banget yang baru saya baca beberapa hari yang lalu.. masih tentang hati.. hati orang-orang beriman. Semoga kita semua termasuk yang Allah sebutkan alam ayat ini, yang dipersatukan hatinya oleh Allah, hingga di surgaNya kelak.. :)
63. dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.
Alhamdulillaah.. ^^
kamarternyamansedunia.homswithom.
14032013...23.14 WIB